mercredi 24 décembre 2008

the flight to east saxon ^^

Selasa pagi. Waktu itu hujan rintik-rintik yang turun sejak subuh dengan cantiknya membuat suasana kampus terasa mirip dengan setting Twilight. Haha, oke, oke, sedikit berlebihan, tapi beneran kok, sudah dikonfirmasi ke semua yang pagi itu datang ke Plasma untuk euh, rencananya sih, mengerjakan pe-er SIA (sudah berapa kali ya singkatan ini disebut di blog saya? ^^ ).

Seperti biasa, pembicaraan akhirnya beralih ke blogging, dan akhirnya sampai ke kepusingan saya tentang wordpress-atau-multiply itu.. Tiba-tiba saja Muse bilang, "Pake blogspot aja, kan bisa diimpor ke multiply..."

Ah iya!! Kok lupa ya sama fitur yang satu ini!

Solusi brilian, Muse, thanks ya :). Dengan memilih jalan tengah ini, teman-teman yang nggak punya akun di multiply bisa memberi komen di the-flight dan ngga capek mengikuti saya yang wandering around terus (maaf ya Mel, Pak Heri ^^), sedangkan rumah di multiply juga nggak akan kosong begitu saja (hehe, tenang Pak Yudha, saya Insya Allah ngga pindah..)

Semoga saya betah ya di sini.. Semoga koneksinya lancar jadi ngga perlu pindah lagi. Capek.. Lagipula sekarang widgetsnya sudah ditambah.. senang deh lihat kotak ungu di sebelah kanan itu ^^ (maaf ya, dari multiply ngga keliatan)

Right then.. Selamat liburan ya teman-teman.. Semoga menyenangkan liburannya..


lundi 22 décembre 2008

Last Minutes-Notes

Last minutes before go--no, fly! Yeah, I have to fly because all this mess in this room have to be cleaned up in less than half an hour.

Finally she had made up her mind and said: "Today, Makcik, we're going home today!"

Okay okay. Gotta disconnect this and do something.

Feeling a little bit frail. Excited.

Really really really gotta go!

-postingan ini nggak penting sama sekali ya hehehe..-

vendredi 5 décembre 2008

That Night, I Remember

Spending half an hour blogwalking, terinspirasi juga saya untuk menulis tentang event 28 November itu. Setelah satu tahun empat bulan menunggu (credit to Diah for the accurate calculation ^^ ), akhirnya terbit juga buku terakhir tetralogi Laskar Pelangi—Maryamah Karpov.

Cerita tentang hujan dan lain-lain, sudah ditulis oleh Holy di diarinya. Jadi, saya tinggal menambahi sedikit saja. This is the story, in Rou’s eyes.

Sedikit mengingatkan pada event di Omah Sendok waktu itu, kali ini acara diadakan di halaman samping MP Book Point. Begitu kami mengambil tempat duduk di dekat kolam (saya suka gemericik airnya), alunan suara merdu Norah Jones menyanyikan New York, New York menelusup di sela dinginnya udara sehabis hujan akhir November. Selama sekitar setengah jam kami menunggu Hirata ssi, dan selama itu kami dihibur oleh lagu-lagu manis Tennesse Waltz dan Englishman in New York yang dibawakan oleh sebuah grup musik akustik. Ini seperti menonton konser musik saja, menyanyikan sepenggal lagu itu dengan ceria. Be yourself, no matter what they say.. Anda tahu lagu itu, kan?

Satu hal menggelitik benak saya sampai detik ini. Beberapa hari sebelum acara ini, saya ingat saya membaca sebuah tulisan mengenai lagu ini. Englishman in New York. Maka, saya yang belum pernah mendengar lagu ini sebelumnya, langsung merasa tak asing mendengar judul dan liriknya. Namun saya tak ingat sama sekali di mana, dan kapan saya mengenal lagu ini untuk pertama kalinya. Mungkinkah dalam Tempo edisi bulan September kemarin?

Kembali ke halaman samping itu. Akhirnya yang ditunggu datang juga. Masih dengan senyum ramah yang sama. Baret hitam yang sama, jins, dan kali ini t-shirt putih (Sst, saya lebih suka t-shirt hitam yang dikenakannya di Omah Sendok dulu, hehe :) ).

Saya sempat diam beberapa detik, memikirkan kata-kata apa yang disampaikannya waktu itu. Tapi tidak, tidak ada yang saya ingat, hahaha.. Yah, kali ini memang sedikit berbeda. Saya memandangnya dari jauh, tanpa kamera di depan saya. Kali ini saya tak harus mengabadikan apapun. Maka saya menikmati sungguh menyanyikan lagu tema film itu, at the top of my lungs, bersama semua orang.

Tahukah.. Saat Laskar Pelangi dinyanyikan, entah mengapa saya merasa saat itu semua penggemarnya, mereka yang selalu mengikuti jejaknya sejak awal sampai titik itu, implicitely, memberikan semangat. Akankah ini menjadi suatu momen yang akan terus Hirata ssi ingat? Bahwa dalam suatu titik di kehidupannya, at his highest high but also his lowest low, begitu banyak orang menyampaikan dukungan untuknya. That he wasn’t alone in it. Yes, Cicik, we did sing the song for you.

Hanya satu tahun empat bulan sejak malam itu, namun keadaan telah berubah begitu banyak. Waktu itu, Seroja mengalun lembut, suara biola menyelusup di antara gemerisik daun-daun dan lampion yang berayun. Yang ada, bahagia. Kali ini, nada-nada yang sama. Tetapi setiap kalimat terasa lebih dalam. Meninggalkan kesan yang berbeda. It’s not a time to weep. Don’t you believe in love. Don’t you believe in love..

Dan mengetahui apa di balik lagu kesayangan itu, saya tak lagi merasa ragu. Akan kesan yang saya dapat, from behind those eyes, that looked away.
Tak ada lagi sapaan hangat yang ditorehkan bersama namanya. Tapi kesedihan itu menjaga kewarasan saya kali ini (hahaha). Saya senang bisa menyapanya sedikit.

Terima kasih untuk teman-teman yang sudah membuat malam itu sangat menyenangkan. Holy, Nina, Muslim ssi, Mas Danang, Koh Udin, Koh Syaiful, Pak Amus, Yudha ssi. Terima kasih untuk tawa dan persahabatan kalian (:

little birds told me: